Wednesday 2 July 2014

would it make you feel better to watch me while i bleed?



Skies are crying, I am watching
Catching teardrops in my hands
Only silence as it’s ending, like we never had a chance
Do you have to make me feel like there is nothing left of me?

You can take everything I have, you can break everything I am.
Like I’m made of glass, like I’m made from papper.
Go on and try to tear me down, I’ll be rising from the ground like a skyscraper!

As the smoke clears
I awaken and untangle you from me
Would it make you feel better to watch me while I bleed?
All my windows still are broken but I’m standing on my feet…


Helo Surabaya, selamat pagi… ^^
Kadang kebenaran yang kamu dapati itu memang selalu menyesakkan ya?
Yasudah~ lalu kamu mau berbuat apalagi selain mengikhlaskan dan membiarkannya berlalu?
Berdamailah dengan masa lalu, barangkali hanya itu yang bisa kamu lakukan.
Masa depan dengan janjinya yang begitu menyilaukan sudah duduk manis menanti genggaman tanganmu.
Jangan jatuh, jangan jadi lemah.
Orang besar tidak terlahir dari masalah kehidupan yang sederhana.
Percaya saja, semua terjadi karena DIA mengizinkannya terjadi.
Semua sudah terbagi, sudah rata.
Hahaha, sakit memang, sangat sakit.
Tapi, apa kamu harus menyerah dan merendah karena itu?
Kamu tidak begitu saja sampai di tahap ini, perjuanganmu sudah lebih dari kemarin.
Tetaplah berjalan,
Lelaki seperti dia mungkin hanya tidak tahu seberapa beruntungnya dia mendapatkan rasa sayangmu.
Jika bicara tentang adil,
Adilkah dia yang datang dan memberi rasa sayang tapi dengan mudah berlalu?
Tidak.
Tapi apa hanya karena tidak adil itu kamu jadi merasa harus bisa menandinginya?
Yaaa, jangan. Jangan dibalas, biarkan tangan-Nya saja yang bekerja.
Jadilah kuat, kuat berdiri sebagai yang kuat.
Jangan lemah, jangan melemah.
Mungkin perempuan itu ter’istimewa’ sedangkan kamu hanya biasa saja, lalu mau minta apa?
Haha, ya, aku memang biasa, biasa saja.
Tapi, apa kalian tidak tahu? Atau tidak pernah mendengar? Mutiara.
Dimanapun dia berada, di kubangan sekalipun, dia tetap MUTIARA.
Yang meski redup tapi tetap cantik, yang meski tersimpan dalam tapi selalu diinginkan.
Ini adilkan Tuhan?
Aku sudah mendoakan semua kebaikannya, lalu untuk apa aku kesal saat melihat dia tersenyum bahagia bersama perempuan itu?
Apa aku munafik?
Se-munafik itukah aku?
Ikhlaskan, lapangkan.
Jangan buat aku menjadi pendendam, jangan buat aku menjadi makhluk-Mu yang lupa apa itu munafik.
Kamu tahu, pasti kamu sangat tahu.
Aku bukan perempuan yang dengan mudah menjatuhkan hatiku,
Tapi dengan sederhananya kamu datang.
Kamu juga pasti tahu, sangat tahu.
Aku tidak pernah berharap sekalipun menjadi teristimewa untukmu.
Aku tidak pernah menuntutmu menjadi apapun.
Dari seorang teman aku sadar, mungkin keikhlasan dan penerimaan apa adanya belum cukup digunakan dalam suatu hubungan yang sudah jelas akhirnya akan bagaimana.
Katamu, akhirnya pasti juga akan berpisah.
Sudahlah, sudah. Sudah.
Bolehkah aku menghapus saja memori yang kemarin itu ya Tuhan?

Hah~ Tuhan, Kau pasti sekarang sedang melihatku.
Cerita yang Kau tulis ini begitu indah :’) Terimakasih telah memilih aku menjadi pemeran utama yang seperti ini.

Tuhan, Kau pasti sedang melihatku saat ini.
Sekali lagi aku memohon, kirimkan satu saja lelaki baik hati yang selama ini Engkau simpan itu, mungkin aku belum cukup baik, maka izinkan dia yang memperbaikiku, izinkan dia yang bisa menggenggam tanganku sampai aku mati, izinkan lelaki itu datang, jangan dibiarkan pergi bahkan hilangkan niatnya untuk meninggalkan. Aku memang tidak sempurna, biarkan dia yang menyempurnakan.
Dia yang bisa jadi teman, jadi sahabat, jadi kekasih, jadi ayah, jadi apapun. Izinkan dia datang, izinkan dia menemaniku. Izinkan melalui dia aku bisa menunaikan ibadahku.




Tuhan, Kau pasti mendengarku saat ini.
Sekali lagi aku memohon, betapa dengan tak punya malunya aku memohon, jadikan aku kuat, izinkan aku membahagiakan mereka dan jangan jadikan aku pendendam. Ajari aku ikhlas itu, sekali saja biarkan aku berusaha untuk menjadi lebih baik. Bahagiakan dia, maafkan amarahku yang tidak tahu arah, jangan biarkan aku seperti itu.

Tuhan, Kau pasti melihat dan mendengarku saat ini.
Tolong, maafkan semua kesalahan itu, kekhilafan itu, kebodohanku, ketidaktahuanku, kemunafikanku. Maafkan semua yang pernah ku lalui dan aku hampir melupakanMu. Maafkan kesombonganku. Maafkan semua tabiat burukku. 

Surabaya, 3 Juli 2014
10.05am