Saturday 19 October 2013

Temaram rindu, tempatmu merindukanku..



Kenapa rasanya sudah biasa saja ?
Menatap temaram senja seorang diri..
Menghitung rindu yang terjatuh disana.
Menghias langit setiap hari.

Ibu datang dan menyadarkanku.
Katanya pelan namun menenangkan.
Bila saja aku segera sadar.
Dan tidak hanya terdiam membiru, memuai dalam ingatanmu.

Mengkotak-kotakkan perasaanku sendiri.
Memagarinya dengan hati-hati.
Agar tak seorangpun datang,
Selain kamu dengan bunga krissan putih di genggaman.

Gadis itu setia menunggu..
Di hadapan senja yang katanya biru,
Tak lagi jingga atau kelabu.
Dalam angannya kamu tetap biru yang menitip rindu.

Malang, 30 Agustus 2013
Rezha Alivia Hildayanti
Perempuan yang berharap bisa memiliki nama belakangmu :)

Lagi lagi kamu lagi !



Kamu kembali lagi.
Datang membawa setetes luka hati.
Luka ini bertambah menganga perih.
Kau hanya datang untuk pergi.

Tak Berniat kembali.
Hanya ingin menyampaikan rindu yang kau bilang memilu.
Aku bidadari bodoh.
Yang tak pernah tahu apa maksudmu.

Ku kira kau hanya takut.
Takut aku menyumpahimu.
Dengannya, perempuan sunyimu.
Kau puas lelaki ?  Puas menari diatas tangisku ?

Aku hancur…
Berkeping membening mengaliri darahmu.
Aku terpuruk…
Mendekam dalam gelapnya kata sayangmu.
                                                Malang, 11 September 2013
                        Perempuan yang terbiasa tanpa sandar seorang lelaki.

Pelukis Senja Nurani



Tentang pelukis senja selain Illahi
Bertiup lirih membicarakan perih
Derapnya kian mengiris nurani
Warnanya memudar menepi
Lalu bersandar pada bahu penyendiri
Bertumpu diatas kakinya sendiri
Berharap hilang dan menangis lagi
Merenungi senja dan terisak lagi
Di jingga itu pernah ada lelaki baik hati
Yang tidak sengaja menitip perih
Kemudian ia berlalu pergi
Dan berkata “Maaf, kita bukan jodoh lagi”
Dia berlalu dengan perempuan berdiri
Memaku menatap punggung lelaki
Berharap ia menoleh sekali lagi
Menjemput dan membawanya pergi



Malang, 30 Agustus 2013
Rezha Alivia Hildayanti


poem :)



Tuhan, Terimakasih.
Terimakasih banyak.
Apa ini yang Engkau maksud ?
Apa memang ini jalan yang Kau siapkan untukku ?


Jika iya, beribu syukurku rasanya belum cukup menjelaskan maksud bahagiaku.
Jika tidak ? yaa, bagaimana jika tidak, tenang Tuhan, aku sudah mempersiapkan diri
Mempersiapkan diri dengan berbagai kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
Dengan kemungkinan paling menyakitkan yang mungkin akan ku lewati lagi.



Aku lelah, menunggu dengan sabar tentang kabar datangnya seorang pangeran
Aku ingin bersandar di bahunya.
Tuhan, tolong kirimkan satu saja yang paling baik.
Jangan kirimkan beberapa lagi yang Kau anggap bisa menguatkanku, mereka menyakitkan.
Menguatkanku dengan cara yang salah.



Suatu hari nanti akan ada lelaki yang akan menjemputku.
Entah siapapun itu, ijinkan dia datang di saat yang tepat.
Saat hatiku benar-benar siap.
Tolong, jangan biarkan aku menjatuhkan hati di tempat yang salah.
Sakit Tuhan, sakitnya meradang terlalu lama.
Aku lelah.
Sangat lelah.